PESATNYA pertumbuhan penduduk dan perbaikan ekonomi kelas menengah mendorong lajunya pertumbuhan beberapa industri baru, mulai dari perbankan, ritel, properti, otomotif, hingga pariwisata.
Di Lampung, sektor pariwisata dalam tren positif setiap akhir pekan. Antrean kendaraan memadati kawasan wisata di sejumlah daerah di Lampung. Terlebih saat libur panjang, jalanan makin dipadati kendaraan dari luar kota, terutama dari Jabodetabek dan Sumatera Selatan.
Data statistik menunjukkan pesatnya industri wisata di Lampung dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2014, terdapat 4.327.188 kunjungan wisata, kemudian naik menjadi 5.530.803 pada 2015. Wisatawan domestik naik 1.043.615 orang, sedangkan wisatawan mancanegara naik 19.379 orang dari 95.528 pada 2014 menjadi 114.907 jiwa.
Ditambah lagi festival wisata yang sudah menjadi panggung nasional bahkan dunia yakni Festival Krakatau dan Festival Way Kambas. Keduanya memiliki keunikan tersendiri dari daerah lain di Indonesia.
Festival Krakatau berakar dari peringatan letusan Gunung Krakatau 1883 yang melegenda. Gelegar letusan Krakatau begitu dahsyat terdengar hingga melintasi banyak negara bahkan belahan benua. Wajar jika Krakatau atau Krakatoa mendunia.
Begitu juga Taman Nasional Way Kambas. Wilayah hutan konservasi itu merupakan yang tertua di Indonesia. Hebatnya lagi, dunia menetapkannya sebagai salah satu kawasan ASEAN Heritage Parks pada ASEAN Ministerial Meeting on The Environment 2015.
Setelah dua festival tersebut, Lampung juga memiliki satu kekayaan wisata lagi, Festival Pahawang di Pesawaran. Festival Pahawang yang berlangsung pada Jumat (25/11) di Marines Eco Park, Piabung, dihiasi dengan dentuman meriam, tari kreasi dan tarian adat, fashion show, terjun payung prajurit Marinir, serta sejumlah perlombaan.
Pahawang memang memiliki daya tarik, hal itu terbukti jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Pahawang mencapai 700 ribu orang pada tahun ini. Dengan festival ini, jumlah wisatawan ditargetkan 1,5 juta orang.
Semangat pemerintah daerah menjadikan Festival Krakatau, Festival Way Kambas, dan Festival Pahawang untuk bumi Lampung patut didukung. Festival itu seharusnya mampu diartikulasikan masyarakat pariwisata dan jajaran birokrasi. Daerah ini menyimpan kultur budaya dan keindahan alam luar biasa, tetapi masih keteteran kreativitas sumber daya manusia.
Agar festival ini terus membumi, pemerintah daerah juga sepatutnya memperhatikan infrastruktur jalan. Jika semua jalan di Lampung makin baik, tentunya jumlah kunjungan wisatawan bertambah. Investor pun tidak segan-segan menanamkan modalnya untuk pengembangan pariwisata. Merawat jalan sama halnya merawat hati wisatawan ke Lampung. *