Jambi,jelajahnusantara.co  – Tim arkeolog asal Universitas Indonesia (UI) meneliti penemuan situs kapal kuno di Desa Lambur, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi.  Proses ekskavasi atau penggalian situs kapal kuno yang disebut Kapal Zabag tersebut kini sedang dilakukan. Eskavasi kapal kuno tersebut melibatkan mahasiswa Universitas Jambi (Unja) dan warga masyarakat setempat. Eskavasi kapal kuno itu bisa dilakukan menyusul kondisi lokasi penemuan kapal kuni tersebut kini kering.

Ketua Tim Arkeolog UI, Ali Akbar di Muarasabak, Tanjabtim, Jambi, Minggu (25/8/2019) menjelaskan, lokasi situs kapal kuno di Tanjabtim tersebut bukan lokai kapal karam, melainkan galangan kapal tertua di Asia Tenggara. Bukti-bukti sementara yang ditemukan, yakni posisi kapal yang terparkir. Kemudian ada kayu bulat di bawah geladak. Beberapa bagian kapal yang ditemukan juga terpisah, termasuk posisi gading kapal.

“Kesimpulan kami sementara ini, Situs Kapal Zabag (kuno) ini merupakan tempat pembuatan atau perbaikan kapal. Selama ini belum pernah kami temukan di Indonesia galangan kapal kuno, kecuali di Muara Sabak ini,” ujarnya.

Menurut Ali Akbar, observasi situs kapal kuno di Muarasabak tersebut dimulai sejak April 2018. Kemudian eskavasi situs kapal kuno itu mulai dilakukan 7 Agustus 2018. Observasi dan eskavasi situs kapal kuno tersebut melibatkan 10 orang arkeolog, termasuk seorang arkeolog asal Italia,

Proses ekskavasi kapal kuno tersebut, lanjut Ali Akbar, kini baru mencapai sekitar 35 persen. Sebagian konstruksi atau bentuk kapal kuno tersebut sudah tampak, di antaranya papan kapal, pasak kayu, tali ijuk, gading dan gerabah tanah. Di sisi utara situs kapal kuno itu ditemukan tujuh papan. Papan-papan tersebut disambung dengan pasak kayu dan diikat dengan tali ijuk (tali) berwarna hitam.

BACA JUGA  Master Chef Sarwan Olah Masakan Khas Sidoarjo ala Wedangan Joglo

Dijelaskan, teknik pembuatan kapal dengan pasak kayu dan tali ijuk ini dikenal sebagai teknik pembuatan kapal di Asia Tenggara. Bangsa-bangsa Asia Tenggara dan Nusantara sudah membuat kapal dengan teknik ini sejak abad III. Misalnya temuan kapal kuno di Palembang, Sumatera Selatan dan Rembang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

“Di daerah Ponti, Malaysia ditemukan juga pembuatan kapal kuno menggunakan teknik seperti ini. Teknik pembuatan kapal seperti kapal kuno di Muara Sabak ini juga ditemukan di Filipina pada abad 13-14 Masehi,” katanya.

Ali Akbar lebih lanjut mengatakan, situs kapal kuno di Muara Sabak tersebut sudah ditemukan dan dinyatakan menjadi peninggalan arkeologi penting sejak 1997. Karena kondisi situs kapal kuno tersebut cukup rapuh, maka situs tersebut sempat ditutup.

Menurut Ali Akbar, pihaknya belum bisa memastikan usia situs kapal kuno di Muara Sabak tersebut. Contoh atau sampel kayu kapal kuno tersebut sudah dibawa ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Jakarta. Namun perkiraan sementara, kapal kuno di Muarasabak tersebut berasal dari Abad III sampai XIV Masehi. Ukuran kapal tersebut diperkirakan mencapai lebar 5,5 meter dan panjang puluhan meter.

Kapal Besar
Sementara itu, Chiara Nazarro, arkeolog maritime asal Italia yang turut dalam penelitian dan ekskavasi kapal kuno tersebut,  mengatakan, situs kapal kuno di Muara Sabak tersebut sebuah situs kapal besar, bukan jenis perahu. Hal tersebut nampak dari kayu dan ketebalan papan.

“Perkiraan saya, situs kapal kuno di Muarasabak ini lebih besar dari kapal pinisi nusantara. Teknologi pembuatan kapal kuno tersebut sama seperti pembuatan kapal pinisi nusantara. Karena itulah saya tertarik meneliti temuan situs kapal kuno di Muara Sabak ini,” ujarnya.

BACA JUGA  Pengen Makan Hemat dan Nikmat, Datang Saja ke Sutos Mall

Menurut profesor arkeologi dari Universitas Naple L’Orientale, Italia ini, dia sudah menemukan situs kapal kuno di Mesir dan Afrika. Namun temuan situs kapal kuno di Muarasabak tersebut dinilai lebih besar.

Chiara Nazzaro lebih lanjut mengatakan, bentuk fisik kapal kuno yang terlihat saat ini diperkirakan baru bagian geladak kapal, haluan dan buritan. Bagian seluruh kapal belum terlihat.

Kemungkinan di lokasi tersebut ada dua perahu. Hal ini nampak dari temuan bagian ujung atau haluan kapal sekitar 24 meter sebelah timur dari lokasi temuan kapal kuno tersebut.

 

Sumber: Suara Pembaruan