Mojokerto, (Jelajahnusantara.co) – Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, terus melakukan ekskavasi terhadap struktur bangunan mirip candi. Bangunan yang ditemukan di kaki Gunung Wilis itu diperkirakan menjadi tempat pemujaan.

Tim BPCP yang terdiri dari 14 orang, termasuk juru peta, juru gambar, arkeolog, beserta anggota juru gali, setidaknya membutuhkan waktu ekskavasi sekitar 20 hari.

“Eskavasi mulai tanggal 6, nanti rencana sampai 20 hari. Tapi efektifnya mungkin 15 hari karena mereka harus menyusun laporan kembali ke kantor,” kata Endah Setiyowati, Kasi Sejarah dan Kepurbakalaan, Selasa (13/8/2019) lalu.

Eskavasi kedua yang dilakukan saat ini meliputi tiga tahapan kegiatan, yakni  zonasi, pemetaan, dan penggalian. Lokasi bangunan mirip candi ini berada di dataran tinggi lereng kaki Gunung Wilis di area hutan KPH Kediri dengan jarak tempuh berjalan kaki sekitar lebih dari dua kilometer.

Ia memperkirakan bangunan mirip canditersebut, merupakan peninggalan zaman Kerajaan Kadiri. Dulunya tempat ini diperkirakan menjadi tempat pemujaan. Hal ini diperkuat dengan tidak ditemukanya patung atau relief di lokasi.

“Sementara masih dugaan aja, era masa Kadiri. Ya diperkirakan tempat pemujaan karena tidak ada relief, tidak ada patung yang ditemukan, sementara ini belum ada,” katanya.

Endah Setiyowati menambahkan, biasanya jika ditemukan suatu tempat pemujaan selalu ada korelasinya dengan sumber mata air atau petirtaan, candi dan sebuah gunung yang disakralkan. Masyarakat zaman dulu menganggap gunung adalah suatu tempat berkumpulnya para dewa.

“Biasanya kalau ada tempat pemujaan, ada petirtaan, candi dan gunung yang diskralkan. Orang dulu percaya kalau gunung dusitu tempat para dewa,” kata Endah Setiyowati.

Bahkan tidak menutup kemungkinan jika di lokasi tempat pemujaan yang ditemukan tersebut ada keterkaitan sejarah dengan situs Goa Selomangkleng, Goa Padedean, dan Goa Selo Bali yang masuk dalam lokasi objek wisata.

BACA JUGA  Menjaga Kertas Semen Titipan Pramoedya

Foto: istimewa
Sumber: klik