Surabaya, jelajahnusantara.co – Masjid Peneleh, terletak di Jalan Achmad Djais Gang Peneleh V No. 41 Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini tidak begitu jauh dengan rumah HOS Cokroaminoto yang berada di Gang Peneleh VII maupun berjarak sekitar 400 meter dari Kerkhof atau makam orang Belanda.

Ornamen indah di dinding kaca Masjid Jami Surabaya.

Pada awalnya, masjid yang didirikan di Peneleh ini masih begitu sederhana meskipun sudah lebih bagus atau lebih luas ketimbang masjid pertama (Langgar Kembang Kuning) yang terletak di kawasan kembang Kuning Surabaya. Sehingga, masjid di Peneleh ini merupakan tempat ibadah umat Islam yang kedua yang didirikan oleh Raden Rahmat beserta rombongannya.

Sejumlah warga melakukan sholat di masjid jami.

Sekitar tahun 1800, masjid peninggalan Raden Rahmat diadakan renovasi. Pada saat renovasi tersebut, bangunan di dalam masjid tetap dipertahankan seperti aslinya yang ditopang oleh sepuluh tiang penyangga dari kayu jati, dan langit-langitnya pun juga terbuat dari kayu jati.

Tiang penyangga Masjid berbahan kayu jati masih terlihat kokoh dan terawat.

Sedangkan bagian luarnya, dibuat dinding yang tinggi dengan pintu dan jendela yang besar. Sepintas bangunan ini mirip dengan gaya arsitektur yang ada di Gedung Grahadi yang berlanggam Indische Empire.

Warga melakukan sholat di masjid Jami.

Pada tahun 1945, di masa kemerdekaan, kubah masjid tersebut pernah terkena sambaran tembakan meriam Belanda dari arah Jembatan Merah. Kubahnya tidak hancur tapi di sisi timurnya sedikit mengalami kerusakan. Lalu, langsung diperbaiki.

Warga melakukan kegiatan di bulan Ramadhan.

Sekitar tahun 1970, serambi masjid mengalami perluasan tanpa mengubah ornamen dalam maupun keaslian masjid tersebut. Sepintas bangunan tembok Masjid Peneleh ini, kualitasnya mirip dengan Masjid Ampel.

Warga melakukan kegiatan di masjid Jami

Sehingga, pada waktu itu, kemegahan masjid seluas 950 m² ini tidak diragukan lagi. Keelokan masjid ini terpancar setelah dilakukan renovasi pada 1800 dengan dipasangi hiasan kaca-kaca patri di setiap ventilasi di sela-sela atap.

Seiring perkembangan zaman, dilingkungan masjid tersebut semakin berubah menjadi pemukiman yang padat. Semula masjid tersebut bisa disaksikan dari tepi Kali Mas, kini sudah terhimpit oleh bangunan rumah milik warga.

BACA JUGA  Foto Terbaik Karya Anggota Muda CIPHOC Menginsipirasi Generasi Muda

Hal ini menyebabkan pamornya kalah dengan Masjid Rahmat yang ada di Kembang Kuning maupun Masjid Ampel. Padahal sampai tahun 1900-an, daerah ini masih menarik untuk disinggahi tapi sekarang seolah-olah terbenam. Bahkan, masyarakat Surabaya sendiri jarang yang mengetahuinya.

Suasana di halaman samping masjid Jami yang digunakan anak-anak warga sekitar melakukan kegiatan sehari-hari

Sebenarnya, bila kawasan Kampung Peneleh ini direvitalisasi secara komprehensif dan integratif, kawasan kuno ini bisa menjadi potensi wisata heritage andalan bagi Kota Surabaya.

Senjumlah warga melintasi Masjid Jami

Karena situs lawas Kampung Peneleh ini sarat dengan nilai sejarah dengan bertebarannya bangunan kuno yang terdapat di kampung ini. Mulai dari pemukiman lawas, bangunan publik bergaya kolonial, masjid peninggalan salah seorang Walisanga maupun De Begraafplaats Peneleh.

Penulis: Apriliya Oktavianti 
Foto: Budi W
Sumber: Situs budaya