SURABAYA_JELAJAHNUSANTARA.co – Minggu, (17/11/24) pagi penumpang kereta api di Stasiun Surabaya Gubeng tiba tiba dikejutkan dengan penampilam apik dan seru teatrikal “Kereta Api Terakhir Surabaya” yang diadakan KAI Daop 8 Surabaya.
Puluhan orang berpakaian ala pejuang dan tentara serta masyarakat tempo dulu penuh semangat mengikuti acara teatrikal perjuangan untuk mengenang peristiwa heroik 79 tahun silam.
Shinta (21) penumpang asal Surabaya mengaku kaget saat lagi asik duduk menunggu keberangkatan kereta api tiba tiba ada suara gaduh diiringi teriakan dan tembakan senapan serta lalu lalang orang orang berpakaian ala pejuang kemerdekaan.
“Ternyata KAI sedang menggelar teatrikal perjuangan. Seru banget. Apik banget berasa kita ada di jaman tempo dulu. Apalagi kereta nya bener benar disulap seperti kereta jaman perang. Ini menjadi hiburan dadakan bagi para penumpang kereta api,” kata Shinta, Minggu, (17/11/24) di Stasiun Surabaya Gubeng.
Menurut Shinta, teatrikal perjuangan ini juga menjadi momentum bagi masyarakat khususnya generasi muda untuk terus mengenang jasa para pahlawan yang telah memperjuangna kemerdekaan Indonesia.
Executive Vice President KAI Daop 8 Surabaya, Wisnu Pramudyo mengataan bahwa, acara teatrikal ini sebagai kegiatan untuk mengenang peristiwa heroik 79 tahun silam.. Dimana, Stasiun Surabaya Gubeng ini menjadi saksi kunci pertempuran besar 79 tahun silam yang terjadi di Kota Surabaya pada Bulan November 1945.
“KAI Daop 8 Surabaya menggandeng komunitas Begandring Surabaya untuk menyuguhkan teatrikal seru yang menceritakan sejarah “Kereta Api Terakhir Surabaya”,” terang Wisnu.
Teatrikal ini, lanjut Wisnu, melibatkan 100 peserta dari komunitas Begandring serta 200 peserta yang merupakan pekerja Daop 8 Surabaya. Sedangkan, tujuan teatrikal ini untuk mengenalkan nilai-nilai perjuangan dan patriotisme warga Surabaya pada saat terjadinya perang di Kota Surabaya, yang terjadi pada tanggal 17 – 20 November 1945.
“Teatrikal ini menceritakan dalam aksi penyelamatan sekitar 3.000 korban dan pasien RS Simpang ke luar Kota Surabaya, dan menjadikan Stasiun Surabaya Gubeng sebagai titik tolak keberangkatan,” tandasnya.
KAI Daop 8 Surabaya berharap, disuguhkannya teatrikal “Kereta Api Terakhir Surabaya” ini untuk menyampaikan pesan moral kepahlawanan para pejuang Kota Surabaya, kepada calon pelanggan yang saat ini didominasi oleh Generasi Milenial maupun Gen-Z.
“Kereta Api Terakhir Surabaya bukan hanya sekedar drama sejarah, tetapi juga sebuah refleksi tentang keberanian, solidaritas, dan perjalanan para Pejuang dari Kota Surabaya dalam menghadapi ketidakpastian dan kesulitan,” ungakp Wisnu.
Reka ulang Kereta Api Terakhir Surabaya dilakukan untuk menghormati jasa besar Jawatan Kereta Api dan Tenaga Kesehatan yang melakukan evakuasi total 3.000 korban pertempuran Surabaya dari Rumah Sakit Simpang ke Stasiun Gubeng untuk selanjutnya menuju ke daerah aman.
Evakuasi dilakukan selama 3 malam dari tanggal 17 hingga 20 November 1945 ditengah bayang-bayang tembakan mortir dan meriam Inggris. Serta, dalam keadaan gelap gulita evakuasi dilakukan, hanya nyala temaran lilin didalam Stasiun Gubeng yang menjadi penerang utama, tandu-tandu berisi korban, perlengkapan Chirug dan alat-alat kesehatan diangkut menuju Stasiun Gubeng. (*)
- Pewarta : Saputra Wijaya
- Foto : Istimewa (Om Tulus)
- Penerbit : Mr Widodo