Jakarta, nusantaranews.info -Setelah sibuk melakukan tur dan tampil hampir di 30 negara, duo Senyawa yang terdiri dari Rully Shabara (vokalis) dan Wukir Suryadi (instrumentalis) akhirnya bakal menggelar konser tunggal di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis (22/12/2016).

Konser berjudul “Tanah + Air” itu akan berlangsung di gedung yang sebelumnya bernama Schouwburg Weltevreden alias Comidiegebouw (Gedung Komidi). Januari lalu, konser “tentang rasa” dari Frau juga berlangsung di tempat ini.

“Akhirnya Senyawa akan menggelar konser tunggal untuk pertama kalinya di tanah air, membawakan repertoar penuh yang mencerminkan progresi musik mereka selama ini dengan layak,” ujar Kristi Monfries, manajer Senyawa, dalam siaran persnya (13/12).

G Production sebagai penyelenggara sangat antusias menampilkan konser tunggal Senyawa di gedung yang diresmikan pada 7 Desember 1821.

“Cukup jarang Senyawa berkesempatan tampil di sini. Hal tersebut juga sejalan dengan pandangan G Production untuk mempresentasikan gagasan-gagasan menarik dalam bermusik di Gedung Kesenian Jakarta,” jelas Ferry Dermawan, Direktur Program G Production.

Tanah dan air adalah dua judul lagu Senyawa. Dua kata yang berbeda, tetapi jika digabung menjadi satu frasa yang artinya negara asal. Ini adalah konser tunggal pertama Senyawa di Tanah Air.

Senyawa akan menyajikan sejarah musik mereka dan mengajak penonton ke dalam perjalanan bunyi.

Gedung Kesenian Jakarta adalah tempat konser yang sempurna untuk menghadirkan restrospeksi musikal ini karena reputasinya yang bergengsi.

Dimulai tahun 2010 di Yogyakarta, Senyawa telah menancapkan taji yang cukup diperhitungkan di dunia musik eksperimental dunia.

Selama lima tahun terakhir, duo ini rutin melakukan tur ke berbagai benua secara konsisten atau terlibat dalam banyak proyek lintas disiplin di berbagai tempat.

Mereka pernah berkolaborasi dan berbagi panggung dengan sejumlah musikus seperti Damo Suzuki, Keiji Haino, Oren Ambarchi, Sun Ra Arkestra, Melt Banana, Death Grips, Trevor Dunn, Swans, hingga Bon Iver. (An_btg_nn)

BACA JUGA  Benteng Van Den Bosch, Jejak Kolonial di Ngawi